A.
Deskripsi
Pada bab ini mahasiswa akan mempelajari definisi, tujuan dan fungsi
perencanaan pembelajaran. Definisi perencanaan pembelajaran akan dijabarkan
secara mendetail, dimulai dari pengertian perencanaan, pengertian pembelajaran
dan pengertian perencanaan pembelajaran. Selanjutnya, mahasiswa akan memahami
tujuan dan fungsi dari perencanaan pembelajaran. Setelah mempelajari ketiga
materi ini, akan diberikan rangkuman. Sebagai langkah akhir sebelum melanjutkan
ke materi selanjutnya, akan diberi tes umpan balik untuk memastikan bahwa
mahasiswa telah memahami dengan baik materi yang telah disajikan.
B. Relevansi
Materi mengenai tujuan dan fungsi perencanaan pembelajaran ini berkaitan
erat dengan materi selanjutnya, yaitu unsur-unsur perencanaan pembelajaran. Dengan memiliki pemahaman yang
baik terhadap konsep dasar perencanaan pembelajaran yang meliputi definisi, manfaat,
fungsi, urgensi dan karakteristik perencanaan pembelajaran, selanjutnya mahasiswa
dapat menentukan karakteristik perencanaan pembelajaran. Diharapkan pada akhir
mata kuliah mahasiswa mampu menyusun perencanaan pembelajaran Bahasa Prancis
untuk SMA/SMK/Sederajat secara mendetail dan runtut.
Gambar 1.1. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran
C. Capaian Materi Pembelajaran
Setelah mempelajari bahasan ini,
mahasiswa diharapkan untuk mampu:
1 1. Memahami dan mendeskripsikan pengertian perencanaan pembelajaran.
2. Memahami dan menguraikan manfaat perencanaan pembelajaran.
3. Memahami dan menguraikan fungsi perencanaan pembelajaran.
4. Memahami dan menguraikan urgensi perencanaan
pembelajaran.
5. Memahami dan menguraikan karakteristik perencanaan
pembelajaran.
D. Uraian Materi
1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Konsep dasar perencanaan pembelajaran dapat dipahami
melalui interpretasi lebih dalam mengenai definisi kata perencanaan dan
pembelajaran. Ditinjau berdasarkan istilah, perencanaan berasal dari kata rencana yaitu rancangan (rangka
sesuatu yang akan dikerjakan). Menurut Sanjaya (2008:23) perencanaan merupakan
pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Hal
ini sejalan dengan pendapat Haryanto (2003) bahwa perencanaan berkaitan dengan
penentuan apa yang akan dilakukan. Haryanto menggunakan frasa “penentuan apa
yang akan dilakukan” untuk mendeskripsikan istilah “tujuan”.
Selanjutnya menurut Ely dalam Sanjaya
(2008), perencanaan pada dasarnya adalah suatu proses dan cara berpikir yang
dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Sehingga ketika merencanakan
sesuatu, secara otomatis pola pikir manusia mencari tahapan yang efektif dan
efisien agar mencapai tujuan yang maksimal. Dengan demikian, proses suatu
perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui
analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Nawawi dalam Majid (16:2013)
mengemukakan bahwa perencanaan berarti menyusun langkah-langkah penyelesaian
suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian
tujuan tertentu. Istilah tujuan dalam penjabaran perencanaan menurut Nawawi ini
lebih spesifik, yakni mencakup tujuan umum (goal)
dan tujuan khusus (objektivitas) suatu organisasi atau lembaga penyelenggara
pendidikan, berdasarkan dukungan informasi yang lengkap. Setelah tujuan
ditetapkan perencanaan berkaitan dengan penyusunan pola, rangkaian, dan proses
kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Singkatnya,
efektifitas perencanaan berkaitan dengan penyusunan rangkaian kegiatan untuk
mencapai tujuan, dapat diukur dengan terpenuhinya faktor kerjasama perumusan
perencanaan, program kerja, dan upaya implementasi program kerja tersebut dalam
mencapai tujuan.
Dengan demikian, perencanaan
merupakan rancangan pemikiran atau persiapan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam melaksanakan suatukegiatan melalui prosedur atau
langkah-langkah sistematis yang efektif dan efisien dengan memperhatikan
prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan tersebut agar mencapai hasil yang
maksimal.
Sanjaya (2008:24)
mengemukakan bahwa setiap perencanaan minimal harus memiliki empat unsur yang
dijabarkan dalam gambar 1.2.
1.
Adanya tujuan yang harus dicapai.
2.
Adanya adanya strategi untuk mencapai tujuan.
3.
Sumber daya yang dapat mendukung.
4.
Implementasi setiap keputusan.
Gambar 1.2. Unsur-unsur perencanaan
Tujuan merupakan
target yang harus diraih. Tujuan harus disusun berdasarkan rumusan yang jelas
dan terukur agar tahap-tahap kegiatan dalam perencanaan dapat ditentukan dengan
baik. Target yang tercapai dapat menjadi landasan dalam menentukan
langkah-langkah selanjutnya. Sedangkan strategi bersifat lebih spesifik. Hal
ini berkaitan dengan penetapan keputusan yang harus dilakukan, seperti
keputusan tentang waktu pelaksanaan dan jumlah waktu yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, pembagian tugas dan wewenang setiap orang yang terlibat,
langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh setiap orang yang terlibat,
penetapan kriteria keberhasilan dan lain sebagainya.
Unsur selanjutnya adalah
sumber daya. Sumber daya yang diperlukan dalam mencapai perencanaan meliputi
penetapan sarana dan prasarana yang diperlukan, anggaran biaya dan sumber daya
lainnya, seperti pemanfaatan waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Unsur perencanaan terakhir adalah implementasi. Implementasi
merupakan pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya. Implementasi merupakan
tolak ukur keefektifan perencanaan. Oleh sebab itu, implementasi merupakan
unsur yang urgen dalam struktur perencanaan. Akumulasi dari keempat unsur
perencanaan ini dapat dideskripsikan ke dalam bentuk dokumen tertulis sehingga
dapat menjadi pedoman dalam perencanaan kegiatan selanjutnya.
Selanjutnya, definisi dari
istilah pembelajaran. Pembelajaran
merupakan suatu proses kolaborasi antara guru dan siswa dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Gagne (1992) menyatakan bahwa “instruction is a set of event that effect learners in such a way that
learningis facilitated”. Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
pembelajaran dalam pernyataan Gagne tersebut adalah kata instruction sedangkan kata teaching
lebih merujuk kepada istilah mengajar yang menjadi komponen dari
pembelajaran. Oleh sebab itu, berdasarkan pernyataan tersebut, peran guru
ditekankan sebagai perancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk
dimanfaatkan siswa dalam proses belajar. Baik guru maupun siswa memiliki peran
penting yang saling mengisi satu sama lain dalam mewujudkan tujuan
pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 yang digunakan sebagai kerangka pendidikan
di Indonesia dewasa ini, guru berperan sekaligus sebagai disainer pembelajaran,
seniman pembelajaran, motivator pembelajaran, mediator pembelajaran,
fasilitator pembelajaran dan inspirator pembelajaran. Sedangkan siswa berperan
lebih aktif dalam menggali materi yang ditentukan oleh guru dengan menggunakan
berbagai fasilitas pembelajaran.
Hal ini senada dengan
pengertian pembelajaran yang disampaikan oleh Sanjaya (26:2008) bahwa
pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa
dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang
bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan
dasar yang termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa
seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai
tujuan belajar tertentu. Kesadaran dan keterpahaman guru dan siswa akan tujuan
yang harus dicapai dalam proses pembelajaran merupakan syaratmutlak yang tidak
bisa ditawar, sehingga dalam prosesnya, guru dan siswa mengarah pada tujuan
yang sama.
Interaksi yang
berkesinambungan antara guru dan siswa ini turut menjadi hal yang mutlak
diperlukan dalam proses pembelajaran. Sebab salah satu indikator bahwa telah
terjadi proses pembelajaran adalah manakala perhatian siswa yang terpusat
ketika guru menjelaskan di depan kelas. Dengan begitu, maka guru dan siswa
telah melakukan upaya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Tujuan
dalam pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik
perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Berdasarkan penjelasan
dari kedua konsep di atas yakni perencanaan dan pembelajaran, maka dapat
disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah rancangan pemikiran atau
persiapan yang dituangkan dalam dokumen tertulis sebagai pedoman untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu yang ditandai dengan perubahan perilaku pada siswa
dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajarandan dengan
memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada agar mencapai hasil
yang maksimal.
Menurut Majid (17:2013)
dalam konteks pengajaran perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan
materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode
pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada
masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Selain itu, Majid memaparkan
lebih dalam bahwa konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang, yaitu:
a) Perencanaan pengajaran sebagai
teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan
teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori
konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran.
b) Perencanaan pengajaran sebagai
suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan
prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem
pengajaran melalui proses yang sistemik selanjutnya diimplementasikan dengan
mengacu pada sistem perencanaan itu.
c) Perencanaan pengajaran sebagai
sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa
memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi pengajaran dan
implementasinya terhadap strategi tersebut.
d) Perencanaan pengajaran sebagai
sains (science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan,
implementasi, evaluasi dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas
pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi
pelajaran dengan segala tingkatan kompleksnya.
e) Perencanaan pengajaran sebagai
sebuah proses adalah pengembangan pengajarann secara sistemik yang
digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan pengajaran
untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini dilakukan analisis
kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran
dan aktivitas-aktivitas pengajaran.
f) Perencanaan pengajaran sebagai
sebuah realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan
hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan
perencana dengan mengecek secara cermat semua kegiatan telah sesuai dengan
tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik.
Dengan mengacu kepada berbagai sudut pandang perencanaan pengajaran di
atas, maka perencanaan program pengajaran harus disesuaikan kepada konsep
pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Kurikulum khususnya
silabus menjadi acuan utama dalam penyusunan perencanaan program pengajaran,
namun kondisi siswa dan guru serta kondisi sekolah dan lingkungan tetap harus
diperhitungkan.
2. Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Berikut ini beberapa manfaat dari pelaksanaan pembelajaran:
a) Sebagai tahap awal rancangan pembelajaran yang matang dan
akurat, sehingga pencapaian tujuan pembelajaran dapat diprediksi. Guru yang
memahami tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dan merancang strategi
yang sesuai dan didukung sumber belajar yang baik akan mencapai hasil yang
optimal.
b) Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Melalui perencanaan yang matang, guru dapat
mengantisipasi permasalahan yang diperkirakan akan timbul dalam proses
pembelajaran.
c) Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.
Guru dapat menentukan sumber-sumber mana saja yang dianggap tepat untuk
mempelajari suatu bahan pembelajaran.
d) Perencanaan akan membuat pembelajaran berlangsung secara
sistematis sehingga terarah dan terorganisir dengan baik. Dengan demikian, guru
dapat menggunakan waktu seefektif mungkin untuk keberhasilan proses
pembelajaran.
(Sanjaya, 33:2008)
3.
Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Menurut Sanjaya (35:2008)
perencanaan pembelajaran memiliki fungsi di antaranya sebagai berikut:
a)
Fungsi kreatif
Pembelajaran dengan
menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan umpan balik yang
dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui umpan balik itulah
guru dapat meningkatkan dan memperbaiki program. Secara kreatif, guru akan selalu
memperbaiki berbagai kelemahan dan menemukan hal-hal baru.
b)
Fungsi inovatif
Suatu inovasi hanya akan
mungkin muncul dengan memahami kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Kesenjangan itu hanya mungkin dapat ditangkap, manakala proses yang
dilaksanakan sistematis dapat dipahami. Proses pembelajaran yang sistematis
itulah yang direncanakan dan terprogram secara utuh. Dalam kaitan ini
perencanaan memiliki fungsi inovasi.
c)
Fungsi selektif
Melalui proses
perencanaan, proses penyeleksian strategi dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien. Fungsi selektif ini berkaitan dengan pemilihan materi yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
d)
Fungsi komunikatif
Perencanaan memiliki
fungsi komunikatif sebab suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan
kepada setiap pihak yang terlibat, baik kepada guru, siswa, kepala sekolah
bahkan pihak eksternal seperti orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan
mencakup tujuan dan hasil yang ingin dicapai serta strategi atau rangkaian
kegiatan yang dapat dilakukan.
e)
Fungsi prediktif?
Melalui fungsi
prediktif, perencanaan dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah siswa
diberikan treatment sesuai dengan
program yang disusun, baik kesulitan yang akan dihadapi maupun hasil yang akan
diperoleh.
f)
Fungsi akurasi
Melalui proses perencanaan yang
matang, guru dapat memperkirakan waktu atau jam pelajaran efektif yang
diperlukan untuk menyampaikan materi tertentu sehingga dapat menghindari
kendala berupa muatan materi yang terlalu banyak sehingga kekurangan waktu dan
menyebabkan proses belajar menjadi tidak normal.
g)
Fungsi pencapaian tujuan
Tujuan dari melaksanakan
pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku pada siswa, baik perubahan
dalam aspek intelektual, sikap dan keterampilan. Melalui perencanaan, proses belajar
dan hasil yang ditargetkan untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan
secara seimbang sehingga mencapai hasil yang maksimal.
h)
Fungsi kontrol
Melalui perencanaan,
guru dapat menentukan sejauh mana materi pelajaran yang telah dapat diserap
oleh siswa serta materi yang belum dipahami oleh siswa. Dalam hal ini
perencanaan berfungsi sebagai kontrol yang dapat memberikan umpan balik kepada
guru untuk mengembangkan program
pembelajaran selanjutnya.
4. Urgensi Perencanaan Pembelajaran
Dalam mencapai tujuan dari suatu aktivitas, hendaklah menggunakan suatu
rencana agar aktivitas tersebut bisa terarah dan terprogram dengan baik, tidak
terkecuali pendidikan yang merupakan transfer knowledge dari
pengajar ke peserta didik.Oleh sebab itu perencanaan pembelajaran sangat mutlak
di perlukan.
Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pembelajaran dapat
ditentukan melalui perencanaan yang matang. Bagi seorang profesional,
merencanakan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab profesinya merupakan
tahapan yang tidak boleh ditinggalkan. Deshimer dalam Wijaya (2006:30)
mengatakan, ada dua alasan perlunya perencanaan: Pertama, hakikat manusia yang memiliki kemampuan dan pilihan untuk
berkreasi sesuai dengan pandangannya. Seorang profesional dapat menentukan
waktu dan cara bertindak yang dianggap sesuai; kedua, setiap manusia hidup dalam kelompok yang saling berhubungan
satu dengan yang lainnya sehingga selamanya membutuhkan koordinasi dalam
melaksanakan berbagai aktivitas. Dengan demikian, suatu pekerjaan akan berhasil
manakala semua yang terlibat dapat bekerja sesuai dengan perannya
masing-masing. Dua hal itulah selanjutnya dibutuhkan perencanaan yang matang
untuk mengerjakan sesuatu.
Kalau kita percaya guru adalah pekerjaan yang profesional, tentu saja
setiap guru yang akanmelaksanakan pekerjaannya perlu melakukan perencanaan.
Mengapa perencanaan pembelajaran dibutuhkan? Menurut Sanjaya (2008:31) hal ini
disebabkan beberapa faktor:
Pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apa pun proses
pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk mencapai
suatu tujuan. Guru yang hanya melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan ceramah, tentu saja ceramahnya guru diarahkan untuk mencapai
tujuan; demikian juga guru yang melakukan proses pembelajaran dengan
menganalisis kasus, maka proses analisis kasus itu adalah proses yang
bertujuan. Dengan demikian semakin kompleks tujuan yang harus dicapai, maka
semakin kompleks pula proses pembelajaran yang berarti akan semakin kompleks
pula perencanaan yang harus disusun oleh guru.
Kedua, pembelajaran
adalah proses kerja sama. Proses pembelajaran minimal akan melibatkan guru dan
siswa. Guru tidak mungkin berjalan sendiri tanpa keterlibatan siswa. Dalam
suatu proses pembelajaran guru tanpa siswa tidak akan memiliki makna. Bukankah
segala upaya guru diarahkan untuk membelajarkan siswa? Apalah artinya guru
sebagai pengelola pembelajaran tanpa siswa yang dikelola? Demikian juga halnya,
siswa tanpa guru dalam proses pembelajaran tidak mungkin berjalan efektif,
apalagi untuk siswa yang masih memerlukan bimbingan sepenuhnya pada guru,
misalnya siswa pada tingkat pendidikan dasar, maka peran guru sangat
diperlukan. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran guru dan siswa perlu
bekerja sama secara harmonis. Di sini pentingnya pernecanaan pembelajaran. Guru
perlu merencanakan apa yang harus dilakukan oleh siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara optimal, di samping guru juga harus merencanakan apa yang
sebaiknya diperankan oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran.
Ketiga, proses
pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran bukan hanya sekadar
menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses pembentukan perilaku
siswa. Siswa adalah organisma yang unik, yang sedang berkembang. Siswa bukan
benda mati yang dapat diatur begitu saja. Mereka memiliki minat dan bakat yang
berbeda; mereka juga memiliki gaya belajar yang berbeda. Itulah sebabnya proses
pembelajaran adalah proses yang kompleks, yang harus memperhitungkan berbagai
kemungkinan yang akan terjadi. Kemungkinan-kemungkinan itulah yang selanjutnya
memerlukan perencanaan yang matang dari setiap guru.
Keempat, proses
pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana
yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber belajar. Salah satu
kelemahan guru dewasa ini dalam pengelolaan pembelajaran adalah kurangnya
pemanfaatan sarana dan prasarana yang tersedia. Dibandingkan dengan profesi
lain, guru termasuk profesi yang sangat lambat dalam memanfaatkan berbagai
sarana dan prasarana khususnya dalam memanfaatkan berbagai hasil-hasil
teknologi. Banyak sekali jenis-jenis hasil teknologi yang dapat digunakan oleh
guru untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Untuk menyampaikan
materi pelajaran misalnya, guru dapat memanfaatkan OHP atau LCD, dengan bantuan
program komputer. Untuk memberikan sumber belajar yang lebih beragam dan
mutakhir, guru dapat memanfaatkan Internet dan lain sebagainya. Proses
pembelajaran akan efektif manakala guru memanfaatkan sarana dan prasarana
secara tepat. Untuk itu perlu perencanaan yang matang bagaimana memanfaatkannya
untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Memerhatikan
beberapa hal diatas, maka perencanaan pembelajaran merupakan proses yang
kompleks dan tidak sederhana. Proses perencanaan memerlukan pemikiran yang
matang, sehingga akan berfungsi sebagai pedoman dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Perlunya
perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat
dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan
dengan asumsi berikut:
- Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu
diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya
desain pembelajaran;
- Untuk merancang suatu pembelajaran perlu
menggunakan pendekatan sistem;
- Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada
bagaimana seseorang belajar;
- Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran
diacukan pada siswa secara perseorangan;
- Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada
ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung
pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran;
- Sasaran akhir dari perencanaan desain
pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar;
- Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua
variabel pembelajaran;
- Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah
penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Menurut
Anderson dalam Syarifuddin & Nasution (2005:94),perencanaan pengajaran
sangat penting dilakukan oleh setiap pendidik, sebab:
1.
Perencanaan dapat mengurangi kecemasan, dan ketidakpastian,
2.
Perencanaan memberikan pengalaman pembelajaran bagi guru,
3.
Perencanaan membolehkan para guru untuk mengakomodasi perbedaan individu di
antara murid,
4.
Perencanaan memberikan struktur dan arah untuk pembelajaran.
Selanjutnya, ditinjau dari
berbagai perspektif, perencanaan pengajaran dapat dikategorikan
menjadi;
1.
Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah
pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus
teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.
Dalam perencanaan ini menganalisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur
yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran termasuk di dalamnya
melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas-aktivitas
pengajaran ;
2.
Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin adalah
cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian
dan teori-teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap
strategi-strategi tersebut ;
3.
Perencanaan pengajaran sebagai sains adalah mengkreasi
secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan
pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang
luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan
kompleksitasnya ;
4.
Perencanaan pengajaran sebagai realitas adalah ide
pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke
waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana mengecek secara cermat bahwa
semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara
sistematik,
5.
Perencanaan
pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan
prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem
pengajaran melalui proses yang sistematik selanjutnya diimplementasikan mengacu
pada sistem perencanaan itu, dan;
6.
Perencanaan pengajaran sebagai teknologi adalah suatu
perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan
tingkat laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan
problem-problem pengajaran (Sagala, 2008:136-137).
Mengacu pada berbagai sudut pandang
tersebut, maka perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan konsep
pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan perencanaan
program pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin, ilmu pengetahuan, realitas,
sistem, dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran
berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik.
5.
Karakteristik Perencanaan Pembelajaran
Ada beberapa karakteristik yang
dapat dijadikan sebagai pertimbangan guru dalam menyusun suatu rencana
pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
- Penyusunan perencanaan pembelajaran ditujukan terhadap siswa yang
belajar, baik dari segi kebutuhan siswa, perkembangan siswa, norma positif
bagi siswa, dan minat serta perhatian siswa.
- Memiliki tahapan-tahapan yang meliputi; (1) tahap persiapan melalui
penguasaan terhadap bidang keilmuan yang menjadi wewenangnya, perhatian
terhadap tujuan, metode, media, sumber, evaluasi, dan kegiatan belajar
siswa itu sendiri; (2) tahap pelaksanaan melalui kegiatan belajar yang
dinamis dan menyenangkan (joyfull learning) dengan menggunakan metode
belajar yang bervariasi untuk meraih kesuksesan dan kemajuan belajar; (3)
tahap evaluasi melalui alat evaluasi yang tepat (valid), dapat dipercaya
(reliable) dan memadai (adequate); dan (4) tahap tindak lanjut melalui
promosi guru untuk melanjutkan materi pembelajaran dan kenaikan kelas atau
rehabilitasi (perbaikan) atas kekurangan yang telah terjadi dalam proses
pembelajaran, yang lebih dikenal dengan istilah remedial teaching,dengan
tujuan memperkuat penguasaan siswa berupa penambahan jam pembelajaran,
pengulangan materi, atau penambahan tugas khususnya bagi siswa yang belum
mencapai nilai minimal ketuntasan (KKM).
- Sistematis, yakni penyampaian materi dimulai dari yang mudah dan
diikuti dengan materi yang sulit dan dari segi pembelajaran harus
mempertimbangkan keakuratan metode, media, evaluasi, dan tujuan
pembelajaran.
- Pendekatan sistem, yakni upaya untuk mengkolaborasikan semua komponen
yang dapat mendukung kelancaran program pembelajaran.
- Pembelajaran humanis yang bersumber dari kesadaran guru bahwa siswa
yang dihadapinya memiliki berbagai macam potensi yang harus dihargai,
diarahkan dan dikembangkan melalui cara-cara yang humanis dan beraneka
ragam.
6.
Rangkuman
Perencanaan merupakan
rancangan pemikiran atau persiapan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam melaksanakan suatukegiatan melalui prosedur atau langkah-langkah
sistematis yang efektif dan efisien dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pelaksanaan kegiatan tersebut agar mencapai hasil yang maksimal.
Pembelajaran merupakan suatu
proses kolaborasi antara guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Dalam proses ini peran guru ditekankan sebagai perancang berbagai
sumber dan fasilitas yang tersedia untuk dimanfaatkan siswa dalam proses
belajar.Sedangkan siswa berperan lebih aktif dalam menggali materi yang
ditentukan oleh guru dengan menggunakan berbagai fasilitas
pembelajaran.Interaksi yang berkesinambungan antara guru dan siswa ini turut menjadi
hal yang mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran. Dengan begitu, maka guru
dan siswa telah melakukan upaya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan.
Tujuan dalam pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik
perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Perencanaan pembelajaran
adalah rancangan pemikiran atau persiapan yang dituangkan dalam dokumen
tertulis sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang
ditandai dengan perubahan perilaku pada siswa dengan memperhatikan
prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran dan dengan memanfaatkan segala potensi
dan sumber belajar yang ada agar mencapai hasil yang maksimal.
Pelaksanaan pembelajaran
memiliki beberapa manfaat sebagai: (1) tahap awal rancangan pembelajaran yang
matang dan akurat;(2) sebagai alat untuk memecahkan masalah.; (3) untuk
memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat; (4) perencanaan akan membuat
pembelajaran berlangsung secara sistematis sehingga terarah dan terorganisir
dengan baik.
Perencanaan pembelajaran memiliki
fungsi di antaranya sebagai berikut: (1) fungsi kreatif; (2) fungsi inovatif;
(3) fungsi selektif; (4) fungsi komunikatif; (5) fungsi prediktif; (6) fungsi
akurasi; (7) fungsi pencapaian tujuan; (8) fungsi kontrol.
Perencanaan pembelajaran dibutuhkan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar sebab: (1) pembelajaran adalah proses yang bertujuan;(2)
pembelajaran adalah proses kerja sama yang melibatkan guru dan siswa; (3)
proses pembelajaran adalah proses yang kompleks; (4) proses pembelajaran akan
efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia
termasuk memanfaatkan berbagai sumber belajar.
Beberapa
karakteristik yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan guru dalam menyusun
suatu rencana pembelajaran, yaitu sebagai berikut: (1) penyusunan perencanaan
pembelajaran ditujukan terhadap siswa yang belajar, baik dari segi kebutuhan
siswa, perkembangan siswa, norma positif bagi siswa, dan minat serta perhatian
siswa; (2) memiliki tahapan-tahapan yang meliputi tahap persiapan, tahap
pelaksanaan,tahap evaluasi dan tahap tindak lanjut; (3) sistematis, (4)
pendekatan sistem, dan (5) pembelajaran humanis.
Perencanaan
pengajaran sangat penting dilakukan oleh setiap pendidik menurut Anderson sebagaimana
dikutip Syafaruddin dan Irwan Nasution, karena beberapa alasan penting yaitu;
(1) perencanaan dapat mengurangi kecemasan, dan ketidakpastian; (2) perencanaan
memberikan pengalaman pembelajaran bagi guru; (3) perencanaan membolehkan para
guru untuk mengakomodasi perbedaan individu di antara murid ;(4)
perencanaan memberikan struktur dan arah untuk pembelajaran.
Berikut ini link video pembelajaran Bab 1.
Berikut ini link video pembelajaran Bab 1.
7. Referensi
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Haryanto. 2003. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Majid, Abdul. 2013. Perencanaan
Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Sagala, H.
Syaiful. 2008. Konsep dan Makna
Pembelajaran, Cet.VI. Bandung : CV.Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan
Desain Sistem Pembelajaran. Bandung: Kencana
Syafaruddin dan Nasution, Irwan. 2005. Manajemen
Pembelajaran, Cet.I. Jakarta : Ciputat Press.
No comments:
Post a Comment