Wednesday, November 28, 2018

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN

     
A. Deskripsi
Pada bab ini mahasiswa akan mempelajari definisi, tujuan dan fungsi perencanaan pembelajaran. Definisi perencanaan pembelajaran akan dijabarkan secara mendetail, dimulai dari pengertian perencanaan, pengertian pembelajaran dan pengertian perencanaan pembelajaran. Selanjutnya, mahasiswa akan memahami tujuan dan fungsi dari perencanaan pembelajaran. Setelah mempelajari ketiga materi ini, akan diberikan rangkuman. Sebagai langkah akhir sebelum melanjutkan ke materi selanjutnya, akan diberi tes umpan balik untuk memastikan bahwa mahasiswa telah memahami dengan baik materi yang telah disajikan.

B.  Relevansi 
          Materi mengenai tujuan dan fungsi perencanaan pembelajaran ini berkaitan erat dengan materi selanjutnya, yaitu unsur-unsur perencanaan pembelajaran. Dengan memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep dasar perencanaan pembelajaran yang meliputi definisi, manfaat, fungsi, urgensi dan karakteristik perencanaan pembelajaran, selanjutnya mahasiswa dapat menentukan karakteristik perencanaan pembelajaran. Diharapkan pada akhir mata kuliah mahasiswa mampu menyusun perencanaan pembelajaran Bahasa Prancis untuk SMA/SMK/Sederajat secara mendetail dan runtut.


Gambar 1.1. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran



C. Capaian Materi Pembelajaran

          Setelah mempelajari bahasan ini, mahasiswa diharapkan untuk mampu:
1         1. Memahami dan mendeskripsikan pengertian perencanaan pembelajaran.
           2. Memahami dan menguraikan manfaat perencanaan pembelajaran.
           3. Memahami dan menguraikan fungsi perencanaan pembelajaran.
           4. Memahami dan menguraikan urgensi perencanaan pembelajaran.    
           5. Memahami dan menguraikan karakteristik perencanaan pembelajaran.

D.  Uraian Materi

       1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
           Konsep dasar perencanaan pembelajaran dapat dipahami melalui interpretasi lebih dalam mengenai definisi kata perencanaan dan pembelajaran. Ditinjau berdasarkan istilah, perencanaan berasal dari kata rencana yaitu rancangan (rangka sesuatu yang akan dikerjakan). Menurut Sanjaya (2008:23) perencanaan merupakan pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Haryanto (2003) bahwa perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan. Haryanto menggunakan frasa “penentuan apa yang akan dilakukan” untuk mendeskripsikan istilah “tujuan”.
          Selanjutnya menurut Ely dalam Sanjaya (2008), perencanaan pada dasarnya adalah suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Sehingga ketika merencanakan sesuatu, secara otomatis pola pikir manusia mencari tahapan yang efektif dan efisien agar mencapai tujuan yang maksimal. Dengan demikian, proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
          Nawawi dalam Majid (16:2013) mengemukakan bahwa perencanaan berarti menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Istilah tujuan dalam penjabaran perencanaan menurut Nawawi ini lebih spesifik, yakni mencakup tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objektivitas) suatu organisasi atau lembaga penyelenggara pendidikan, berdasarkan dukungan informasi yang lengkap. Setelah tujuan ditetapkan perencanaan berkaitan dengan penyusunan pola, rangkaian, dan proses kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Singkatnya, efektifitas perencanaan berkaitan dengan penyusunan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan, dapat diukur dengan terpenuhinya faktor kerjasama perumusan perencanaan, program kerja, dan upaya implementasi program kerja tersebut dalam mencapai tujuan.
          Dengan demikian, perencanaan merupakan rancangan pemikiran atau persiapan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam melaksanakan suatukegiatan melalui prosedur atau langkah-langkah sistematis yang efektif dan efisien dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan tersebut agar mencapai hasil yang maksimal.
          Sanjaya (2008:24) mengemukakan bahwa setiap perencanaan minimal harus memiliki empat unsur yang dijabarkan dalam gambar 1.2.
1.      Adanya tujuan yang harus dicapai.
2.      Adanya adanya strategi untuk mencapai tujuan.
3.      Sumber daya yang dapat mendukung.
4.      Implementasi setiap keputusan.


Gambar 1.2. Unsur-unsur perencanaan

            Tujuan merupakan target yang harus diraih. Tujuan harus disusun berdasarkan rumusan yang jelas dan terukur agar tahap-tahap kegiatan dalam perencanaan dapat ditentukan dengan baik. Target yang tercapai dapat menjadi landasan dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya. Sedangkan strategi bersifat lebih spesifik. Hal ini berkaitan dengan penetapan keputusan yang harus dilakukan, seperti keputusan tentang waktu pelaksanaan dan jumlah waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan, pembagian tugas dan wewenang setiap orang yang terlibat, langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh setiap orang yang terlibat, penetapan kriteria keberhasilan dan lain sebagainya.
      Unsur selanjutnya adalah sumber daya. Sumber daya yang diperlukan dalam mencapai perencanaan meliputi penetapan sarana dan prasarana yang diperlukan, anggaran biaya dan sumber daya lainnya, seperti pemanfaatan waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Unsur perencanaan terakhir adalah implementasi. Implementasi merupakan pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya. Implementasi merupakan tolak ukur keefektifan perencanaan. Oleh sebab itu, implementasi merupakan unsur yang urgen dalam struktur perencanaan. Akumulasi dari keempat unsur perencanaan ini dapat dideskripsikan ke dalam bentuk dokumen tertulis sehingga dapat menjadi pedoman dalam perencanaan kegiatan selanjutnya.
          Selanjutnya, definisi dari istilah pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses kolaborasi antara guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Gagne (1992) menyatakan bahwa “instruction is a set of event that effect learners in such a way that learningis facilitated”. Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan pembelajaran dalam pernyataan Gagne tersebut adalah kata instruction sedangkan kata teaching lebih merujuk kepada istilah mengajar yang menjadi komponen dari pembelajaran. Oleh sebab itu, berdasarkan pernyataan tersebut, peran guru ditekankan sebagai perancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk dimanfaatkan siswa dalam proses belajar. Baik guru maupun siswa memiliki peran penting yang saling mengisi satu sama lain dalam mewujudkan tujuan pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 yang digunakan sebagai kerangka pendidikan di Indonesia dewasa ini, guru berperan sekaligus sebagai disainer pembelajaran, seniman pembelajaran, motivator pembelajaran, mediator pembelajaran, fasilitator pembelajaran dan inspirator pembelajaran. Sedangkan siswa berperan lebih aktif dalam menggali materi yang ditentukan oleh guru dengan menggunakan berbagai fasilitas pembelajaran.
          Hal ini senada dengan pengertian pembelajaran yang disampaikan oleh Sanjaya (26:2008) bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Kesadaran dan keterpahaman guru dan siswa akan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran merupakan syaratmutlak yang tidak bisa ditawar, sehingga dalam prosesnya, guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.
          Interaksi yang berkesinambungan antara guru dan siswa ini turut menjadi hal yang mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran. Sebab salah satu indikator bahwa telah terjadi proses pembelajaran adalah manakala perhatian siswa yang terpusat ketika guru menjelaskan di depan kelas. Dengan begitu, maka guru dan siswa telah melakukan upaya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Tujuan dalam pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik.
            Berdasarkan penjelasan dari kedua konsep di atas yakni perencanaan dan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah rancangan pemikiran atau persiapan yang dituangkan dalam dokumen tertulis sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang ditandai dengan perubahan perilaku pada siswa dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajarandan dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada agar mencapai hasil yang maksimal.
          Menurut Majid (17:2013) dalam konteks pengajaran perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
          Selain itu, Majid memaparkan lebih dalam bahwa konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
a) Perencanaan pengajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran.
b) Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran melalui proses yang sistemik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan itu.
c) Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut.
d)  Perencanaan pengajaran sebagai sains (science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksnya.
e)  Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajarann secara sistemik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini dilakukan analisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas-aktivitas pengajaran.
f) Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik.
Dengan mengacu kepada berbagai sudut pandang perencanaan pengajaran di atas, maka perencanaan program pengajaran harus disesuaikan kepada konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Kurikulum khususnya silabus menjadi acuan utama dalam penyusunan perencanaan program pengajaran, namun kondisi siswa dan guru serta kondisi sekolah dan lingkungan tetap harus diperhitungkan.

      2.   Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Berikut ini beberapa manfaat dari pelaksanaan pembelajaran:
a) Sebagai tahap awal rancangan pembelajaran yang matang dan akurat, sehingga pencapaian tujuan pembelajaran dapat diprediksi. Guru yang memahami tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dan merancang strategi yang sesuai dan didukung sumber belajar yang baik akan mencapai hasil yang optimal.
b) Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Melalui perencanaan yang matang, guru dapat mengantisipasi permasalahan yang diperkirakan akan timbul dalam proses pembelajaran.
c)  Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat. Guru dapat menentukan sumber-sumber mana saja yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran.
d)  Perencanaan akan membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis sehingga terarah dan terorganisir dengan baik. Dengan demikian, guru dapat menggunakan waktu seefektif mungkin untuk keberhasilan proses pembelajaran.
(Sanjaya, 33:2008)

3.         Fungsi Perencanaan Pembelajaran
          Menurut Sanjaya (35:2008) perencanaan pembelajaran memiliki fungsi di antaranya sebagai berikut:
         a)     Fungsi kreatif
          Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui umpan balik itulah guru dapat meningkatkan dan memperbaiki program. Secara kreatif, guru akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan dan menemukan hal-hal baru.
        b)      Fungsi inovatif
          Suatu inovasi hanya akan mungkin muncul dengan memahami kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan itu hanya mungkin dapat ditangkap, manakala proses yang dilaksanakan sistematis dapat dipahami. Proses pembelajaran yang sistematis itulah yang direncanakan dan terprogram secara utuh. Dalam kaitan ini perencanaan memiliki fungsi inovasi.
       c)      Fungsi selektif
         Melalui proses perencanaan, proses penyeleksian strategi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Fungsi selektif ini berkaitan dengan pemilihan materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. 
      d)     Fungsi komunikatif
        Perencanaan memiliki fungsi komunikatif sebab suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap pihak yang terlibat, baik kepada guru, siswa, kepala sekolah bahkan pihak eksternal seperti orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan mencakup tujuan dan hasil yang ingin dicapai serta strategi atau rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan.
      e)      Fungsi prediktif?
        Melalui fungsi prediktif, perencanaan dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah siswa diberikan treatment sesuai dengan program yang disusun, baik kesulitan yang akan dihadapi maupun hasil yang akan diperoleh.
      f)       Fungsi akurasi
        Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat memperkirakan waktu atau jam pelajaran efektif yang diperlukan untuk menyampaikan materi tertentu sehingga dapat menghindari kendala berupa muatan materi yang terlalu banyak sehingga kekurangan waktu dan menyebabkan proses belajar menjadi tidak normal.
      g)      Fungsi pencapaian tujuan
              Tujuan dari melaksanakan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku pada siswa, baik perubahan dalam aspek intelektual, sikap dan keterampilan. Melalui perencanaan, proses belajar dan hasil yang ditargetkan untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan secara seimbang sehingga mencapai hasil yang maksimal.
      h)     Fungsi kontrol
              Melalui perencanaan, guru dapat menentukan sejauh mana materi pelajaran yang telah dapat diserap oleh siswa serta materi yang belum dipahami oleh siswa. Dalam hal ini perencanaan berfungsi sebagai kontrol yang dapat memberikan umpan balik kepada guru untuk mengembangkan  program pembelajaran selanjutnya.

4.      Urgensi Perencanaan Pembelajaran
Dalam mencapai tujuan dari suatu aktivitas, hendaklah menggunakan suatu rencana agar aktivitas tersebut bisa terarah dan terprogram dengan baik, tidak terkecuali pendidikan yang merupakan transfer knowledge dari pengajar ke peserta didik.Oleh sebab itu perencanaan pembelajaran sangat mutlak di perlukan.
Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pembelajaran dapat ditentukan melalui perencanaan yang matang. Bagi seorang profesional, merencanakan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab profesinya merupakan tahapan yang tidak boleh ditinggalkan. Deshimer dalam Wijaya (2006:30) mengatakan, ada dua alasan perlunya perencanaan: Pertama, hakikat manusia yang memiliki kemampuan dan pilihan untuk berkreasi sesuai dengan pandangannya. Seorang profesional dapat menentukan waktu dan cara bertindak yang dianggap sesuai; kedua, setiap manusia hidup dalam kelompok yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga selamanya membutuhkan koordinasi dalam melaksanakan berbagai aktivitas. Dengan demikian, suatu pekerjaan akan berhasil manakala semua yang terlibat dapat bekerja sesuai dengan perannya masing-masing. Dua hal itulah selanjutnya dibutuhkan perencanaan yang matang untuk mengerjakan sesuatu.
Kalau kita percaya guru adalah pekerjaan yang profesional, tentu saja setiap guru yang akanmelaksanakan pekerjaannya perlu melakukan perencanaan. Mengapa perencanaan pembelajaran dibutuhkan? Menurut Sanjaya (2008:31) hal ini disebabkan beberapa faktor:
Pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apa pun proses pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Guru yang hanya melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan ceramah, tentu saja ceramahnya guru diarahkan untuk mencapai tujuan; demikian juga guru yang melakukan proses pembelajaran dengan menganalisis kasus, maka proses analisis kasus itu adalah proses yang bertujuan. Dengan demikian semakin kompleks tujuan yang harus dicapai, maka semakin kompleks pula proses pembelajaran yang berarti akan semakin kompleks pula perencanaan yang harus disusun oleh guru.
Kedua, pembelajaran adalah proses kerja sama. Proses pembelajaran minimal akan melibatkan guru dan siswa. Guru tidak mungkin berjalan sendiri tanpa keterlibatan siswa. Dalam suatu proses pembelajaran guru tanpa siswa tidak akan memiliki makna. Bukankah segala upaya guru diarahkan untuk membelajarkan siswa? Apalah artinya guru sebagai pengelola pembelajaran tanpa siswa yang dikelola? Demikian juga halnya, siswa tanpa guru dalam proses pembelajaran tidak mungkin berjalan efektif, apalagi untuk siswa yang masih memerlukan bimbingan sepenuhnya pada guru, misalnya siswa pada tingkat pendidikan dasar, maka peran guru sangat diperlukan. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran guru dan siswa perlu bekerja sama secara harmonis. Di sini pentingnya pernecanaan pembelajaran. Guru perlu merencanakan apa yang harus dilakukan oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, di samping guru juga harus merencanakan apa yang sebaiknya diperankan oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran.
Ketiga, proses pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran bukan hanya sekadar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses pembentukan perilaku siswa. Siswa adalah organisma yang unik, yang sedang berkembang. Siswa bukan benda mati yang dapat diatur begitu saja. Mereka memiliki minat dan bakat yang berbeda; mereka juga memiliki gaya belajar yang berbeda. Itulah sebabnya proses pembelajaran adalah proses yang kompleks, yang harus memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Kemungkinan-kemungkinan itulah yang selanjutnya memerlukan perencanaan yang matang dari setiap guru.
Keempat, proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber belajar. Salah satu kelemahan guru dewasa ini dalam pengelolaan pembelajaran adalah kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana yang tersedia. Dibandingkan dengan profesi lain, guru termasuk profesi yang sangat lambat dalam memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana khususnya dalam memanfaatkan berbagai hasil-hasil teknologi. Banyak sekali jenis-jenis hasil teknologi yang dapat digunakan oleh guru untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Untuk menyampaikan materi pelajaran misalnya, guru dapat memanfaatkan OHP atau LCD, dengan bantuan program komputer. Untuk memberikan sumber belajar yang lebih beragam dan mutakhir, guru dapat memanfaatkan Internet dan lain sebagainya. Proses pembelajaran akan efektif manakala guru memanfaatkan sarana dan prasarana secara tepat. Untuk itu perlu perencanaan yang matang bagaimana memanfaatkannya untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Memerhatikan beberapa hal diatas, maka perencanaan pembelajaran merupakan proses yang kompleks dan tidak sederhana. Proses perencanaan memerlukan pemikiran yang matang, sehingga akan berfungsi sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran.
            Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi berikut:
  1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan peren­canaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembe­lajaran;
  2. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem;
  3. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar;
  4. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perseorangan;
  5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran;
  6. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar;
  7. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran;
  8. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Anderson dalam Syarifuddin & Nasution (2005:94),perencanaan pengajaran sangat penting dilakukan oleh setiap pendidik, sebab:
1.      Perencanaan dapat mengurangi kecemasan, dan ketidakpastian,
2.      Perencanaan memberikan pengalaman pembelajaran bagi guru,
3.      Perencanaan membolehkan para guru untuk mengakomodasi perbedaan individu di antara murid,
4.      Perencanaan memberikan struktur dan arah untuk pembelajaran.
   Selanjutnya, ditinjau dari berbagai perspektif, perencanaan pengajaran dapat dikategorikan menjadi;
1.      Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini menganalisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran termasuk di dalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas-aktivitas pengajaran ;
2.      Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori-teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi-strategi tersebut ;
3.      Perencanaan pengajaran sebagai sains adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya ;
4.      Perencanaan pengajaran sebagai realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik,
5.      Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran melalui proses yang sistematik selanjutnya diimplementasikan mengacu pada sistem perencanaan itu, dan;
6.      Perencanaan pengajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkat laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran (Sagala, 2008:136-137).

Mengacu pada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan perencanaan program pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin, ilmu pengetahuan, realitas, sistem, dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik.

5.      Karakteristik Perencanaan Pembelajaran
Ada beberapa karakteristik yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan guru dalam menyusun suatu rencana pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
  1. Penyusunan perencanaan pembelajaran ditujukan terhadap siswa yang belajar, baik dari segi kebutuhan siswa, perkembangan siswa, norma positif bagi siswa, dan minat serta perhatian siswa.
  2. Memiliki tahapan-tahapan yang meliputi; (1) tahap persiapan melalui penguasaan terhadap bidang keilmuan yang menjadi wewenangnya, perhatian terhadap tujuan, metode, media, sumber, evaluasi, dan kegiatan belajar siswa itu sendiri; (2) tahap pelaksanaan melalui kegiatan belajar yang dinamis dan menyenangkan (joyfull learning) dengan menggunakan metode belajar yang bervariasi untuk meraih kesuksesan dan kemajuan belajar; (3) tahap evaluasi melalui alat evaluasi yang tepat (valid), dapat dipercaya (reliable) dan memadai (adequate); dan (4) tahap tindak lanjut melalui promosi guru untuk melanjutkan materi pembelajaran dan kenaikan kelas atau rehabilitasi (perbaikan) atas kekurangan yang telah terjadi dalam proses pembelajaran, yang lebih dikenal dengan istilah remedial teaching,dengan tujuan memperkuat penguasaan siswa berupa penambahan jam pembelajaran, pengulangan materi, atau penambahan tugas khususnya bagi siswa yang belum mencapai nilai minimal ketuntasan (KKM).
  3. Sistematis, yakni penyampaian materi dimulai dari yang mudah dan diikuti dengan materi yang sulit dan dari segi pembelajaran harus mempertimbangkan keakuratan metode, media, evaluasi, dan tujuan pembelajaran.
  4. Pendekatan sistem, yakni upaya untuk mengkolaborasikan semua komponen yang dapat mendukung kelancaran program pembelajaran.
  5. Pembelajaran humanis yang bersumber dari kesadaran guru bahwa siswa yang dihadapinya memiliki berbagai macam potensi yang harus dihargai, diarahkan dan dikembangkan melalui cara-cara yang humanis dan beraneka ragam.
6.    Rangkuman
          Perencanaan merupakan rancangan pemikiran atau persiapan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam melaksanakan suatukegiatan melalui prosedur atau langkah-langkah sistematis yang efektif dan efisien dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan tersebut agar mencapai hasil yang maksimal.
          Pembelajaran merupakan suatu proses kolaborasi antara guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam proses ini peran guru ditekankan sebagai perancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk dimanfaatkan siswa dalam proses belajar.Sedangkan siswa berperan lebih aktif dalam menggali materi yang ditentukan oleh guru dengan menggunakan berbagai fasilitas pembelajaran.Interaksi yang berkesinambungan antara guru dan siswa ini turut menjadi hal yang mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran. Dengan begitu, maka guru dan siswa telah melakukan upaya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Tujuan dalam pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik.
          Perencanaan pembelajaran adalah rancangan pemikiran atau persiapan yang dituangkan dalam dokumen tertulis sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang ditandai dengan perubahan perilaku pada siswa dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran dan dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada agar mencapai hasil yang maksimal.
          Pelaksanaan pembelajaran memiliki beberapa manfaat sebagai: (1) tahap awal rancangan pembelajaran yang matang dan akurat;(2) sebagai alat untuk memecahkan masalah.; (3) untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat; (4) perencanaan akan membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis sehingga terarah dan terorganisir dengan baik.
          Perencanaan pembelajaran memiliki fungsi di antaranya sebagai berikut: (1) fungsi kreatif; (2) fungsi inovatif; (3) fungsi selektif; (4) fungsi komunikatif; (5) fungsi prediktif; (6) fungsi akurasi; (7) fungsi pencapaian tujuan; (8) fungsi kontrol.
Perencanaan pembelajaran dibutuhkan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sebab: (1) pembelajaran adalah proses yang bertujuan;(2) pembelajaran adalah proses kerja sama yang melibatkan guru dan siswa; (3) proses pembelajaran adalah proses yang kompleks; (4) proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber belajar.
            Beberapa karakteristik yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan guru dalam menyusun suatu rencana pembelajaran, yaitu sebagai berikut: (1) penyusunan perencanaan pembelajaran ditujukan terhadap siswa yang belajar, baik dari segi kebutuhan siswa, perkembangan siswa, norma positif bagi siswa, dan minat serta perhatian siswa; (2) memiliki tahapan-tahapan yang meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan,tahap evaluasi dan tahap tindak lanjut; (3) sistematis, (4) pendekatan sistem, dan (5) pembelajaran humanis.
Perencanaan pengajaran sangat penting dilakukan oleh setiap pendidik menurut Anderson sebagaimana dikutip Syafaruddin dan Irwan Nasution, karena beberapa alasan penting yaitu; (1) perencanaan dapat mengurangi kecemasan, dan ketidakpastian; (2) perencanaan memberikan pengalaman pembelajaran bagi guru; (3) perencanaan membolehkan para guru untuk mengakomodasi perbedaan individu di antara murid ;(4) perencanaan memberikan struktur dan arah untuk pembelajaran.


Berikut ini link video pembelajaran Bab 1. 

7.       Referensi
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Haryanto. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Majid, Abdul. 2013. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Sagala, H. Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran, Cet.VI. Bandung : CV.Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung: Kencana

Syafaruddin dan Nasution, Irwan. 2005. Manajemen Pembelajaran, Cet.I. Jakarta : Ciputat Press.



Hakikat dan Model Desain Pembelajaran

BAB IV Hakikat dan Model Desain Pembelajaran A.     Deskripsi Pada materi kali ini, mahasiswa akan membahas tentang hakik...